Bullyying di Era Baru

     Bijak Bersosial Media

    Dengan perubahan zaman, semua orang sekarang sudah sangat mudah untuk mengakses dunia hanya melalui jejaring sosial media. Sayangnya banyak orang tidak menyadari bahwa sosial media yang sering disebut dengan "dunia maya" sebetulnya adalah dunia sebenarnya. Banyak orang cenderung tidak merasa bersalah ketika melihat kehidupan orang lain, gaya pakaian, hingga penampilan fisik tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan lalu mereka hina dengan ketikan jari mereka.

    Hal inilah yang disebut dengan cyberbullying. Pada media sosial khususnya, kehidupan seseorang seakan dituntut untuk memiliki kesempurnaan yang masyarakat umum inginkan. Sehingga, ketika beberapa orang melihat suatu hal yang di luar dari konsep kesempurnaan mereka, banyak yang menghina dan mencemooh. Padahal perilaku tersebut merupakan bagian daripada bullying, tetapi pada era yang baru. 

    Studi yang dilakukan perusahaan teknologi besar yaitu Microsoft menobatkan Indonesia sebagai negara paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal ini justru bertolakbelakang dengan budaya bangsa yang terkenal dengan kesopansantunannya. Mengapa hal itu bisa terjadi?

     Mungkin disebabkan literasi sosial masyarakat Indonesia yang masih kurang maksimal. Hasil studi berjudul "The World's Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Hal ini sangat disayangkan karena jika setiap orang memiliki tingkat literasi yang baik, maka seseorang tidak akan mudah untuk menghakimi satu sama lain. Dengan buku kita dapat memiliki banyak ilmu dan membuka wawasan bahwasannya di dunia ini penuh dengan warna yang berbeda.

    Selain literasi sosial yang buruk, hal ini juga dapat disebabkan karena pemahaman masyarakat yang menganggap bahwa sosial media bukan  merupakan dunia yang nyata. Ketika seseorang menghina orang lain dari daerah atau negara yang berbeda. Mereka akan merasa aman karena menganggap bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Padahal bisa jadi korban cyberbullying mengalami gangguan yang sangat mendalam.

    Hal itu terjadi pada seorang artis media sosial TikTok pada awal tahun 2020. Reemar Martin seorang artis tiktok asal Filipina mendapat beragam hujatan berupa bullying dari netizen Indonesia. Berdasarkan informasi, Reemar Martin diserang netizen karena dianggap terlalu digandrungi kalangan pria di Indonesia.

    Walaupun cyberbullying dilakukan dengan teknologi digital, sayangnya dampak daripada cyberbullying tak kalahnya dengan bullying fisik/langsung pada umumnya. Korban dari cyberbullying seringkali menjadi sangat tidak percaya diri di lingkungan karena sering dikucilkan pada lingkungan sosial. Cyberbullying juga dapat mengganggu mental korban yang menjadikannya mudah terserang penyakit, atau bahkan depresi hingga akhirnya berakhir pada bunuh diri.

    Pastinya kita berharap hal seperti ini tidak terjadi pada kerabat terdekat kita. Oleh karena itu beberapa tips yang dapat dilakukan bagi korban adalah dengan selalu menemaninya atau menjadi teman ceritanya. Jika menemui seseorang dengan karakteristik yang mengarah kepada pelaku bully sebaiknya disampaikan saja pada lembaga atau institusi terkait untuk mendapatkan pengarahan dan supaya korban tidak larut dalam penderitaan. 

    Jika kita merupakan korban, sebaiknya kita langsung memutus kontak atau memblokir orang yang melakukan cyberbullying kepada kita. Jangan ditanggapi atau dibalas, karena dengan seperti itu pelaku tidak akan mendapatkan kesenangan atas membully kita. Selalu bijak dan waspada dalam bersosial media. Jika pada zaman dahulu terdapat istilah "mulutmu harimaumu", mungkin dalam dunia digital dapat diubah menjadi "jarimu harimaumu".

    

Komentar