Menjaga Aktivitas Digital Anak

    Perkembangan teknologi informasi bergerak sangat cepat. Media-media seperti internet, tentu memudahkan kita dalam mendapatkan berbagai informasi dengan sangat mudah dan cepat. Jejaring media sosial seperti twitter, instagram, facebook, whatsapp, dll nampaknya sudah tak asing dalam kehidupan kita. Terlebih di saat situasi pandemi covid-19 yang mempengaruhi seluruh aktivitas warga dunia, segala aktivitas yang biasa dilakukan secara langsung sekarang diharuskan untuk dilakukan secara daring.

    Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan kegiatan belajar dari rumah membuat intensitas anak dalam menggunakan gawai dan internet semakin meningkat. Sehingga, anak-anak akan lebih sering mengakses gawai untuk kegiatan belajar ataupun bermain dibandingkan seperti biasanya. Dalam hal ini, orangtua maupun anak harus bisa bekerja sama dalam memilah segala bentuk informasi yang didapatkan anak. 

    Penggunaan teknologi informasi seperti dua sisi mata pisau. Pengunaan secara baik tentu akan menghasilkan suatu hal yang positif. Sebaliknya pengunaan teknologi informasi secara tidak baik akan menghantarkan kita ke arah yang negatif. 

    Sebagai orang tua tentu harus bertanggung jawab dalam mengawasi anak dalam mengunakan gawainya. Seperti yang kita ketahui bahwa segala bentuk kejahatan akan selalu menghantui anak-anak dalam dunia digital. Konten-konten negatif yang berdampak buruk seperti kekerasan, pornografi, berita bohong, sampai pelecehan seksual bertebaran di media sosial. Hal-hal seperti inilah yang tidak sesuai dengan norma, budaya, dan nilai-nilai agama yang kita anut.

    Dalam media digital, setidaknya ada empat hal yang perlu mendapat perhatian dari kita semua, yakni pembuat pesan, sifat pesan, cara penyebaran pesan, dan dampak pesan. 

1. Pembuat pesan

    Semua orang dapat membuat pesan sehingga anak-anak pun tertarik memiliki akun sendiri, menampilkan diri dan berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal. Hal ini menimbulkan ancaman sekaligus kesempatan terutama berkaitan dengan privasi dan keselamatan anak-anak.

2. Sifat pesan 

    Sifat pesan media digital, sangat beragam karena bersumber dari seluruh penjuru dunia, terlebih sebagian besar tidak 143 disaring oleh pekerja media profesional. Hal ini membuat anak-anak menerima aneka pesan yang sangat mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya keluarga mereka.  

3. Cara penyebaran pesan

    Penyebaran pesan, penyedia layanan media digital ingin mendapatkan keuntungan ekonomi maka mereka merancang medianya agar menarik. Dengan mengutamakan keuntungan ekonomi inilah terkadang media-media digital menyebarkan pesan yang tidak sesuai dan baik untuk anak-anak peroleh.

4. Dampak pesan

    Dampak pesan, jika digunakan secara baik media digital adalah sumber pengetahuan tak terbatas. Pengguna dapat menggunakannya untuk belajar hal-hal praktis hingga rumit. Kita dapat lebih produktif jika mampu memanfaatkan media digital ini dengan baik. Namun, konten negatif yang berdampak buruk juga banyak bertebaran di dunia maya seperti berita palsu, kekerasan, pornografi dan sebagainya.

Aspek-Aspek Keselamatan Anak di Media Digital

    Dalam menggunakan media digital, seringkali anak-anak mendapatkan beberapa konten-konten negatif yang tidak sesuai dengan norma budaya dan agama. Namun, anak-anak juga tidak dapat dilarang untuk menggunakan teknologi digital karena dengan beragam konten negatif yang ada, terdapat banyak hal-hal positif yang bisa digali melalui dunia digital.

    Sebagai orang tua akan sangat sulit untuk selalu mengawasi penggunaan media sosial oleh anak-anak. Sehingga, diperlukan kerja sama antara orang tua dan anak dalam penggunaan media sosial. Dengan demikian, orang tua sebaiknya mengetahui terlebih dahulu apa saja hal-hal yang dapat mengancam kegiatan bermedia sosial anak-anak.

Setidaknya terdapat tujuh ancaman besar terhadap kegiatan bermedia sosial anak.

1. Cyberbullying

    Perundungan (bullying) bukan hanya dapat terjadi di lingkungan secara langsung, tetapi juga sudah terjadi di platform digital khususnya media sosial. Dalam pertumbuhannya, setiap anak dapat memiliki potensi cyberbullying dari lingkungan pertemanannya maupun juga seseorang yang bahkan tidak dikenal. Sehingga sangat penting bagi orang tua dan lingkungannya agar selalu menjadi sahabat bagi anak-anak untuk menceritakan segala hal yang terjadi dalam kegiatan media sosialnya.

2. Perdagangan manusia

    Perdagangan manusia berupa perekrutan, pengiriman, pengangkutan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman untuk eksploitasi pekerjaan baik dalam negeri maupun luar negeri bukan hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat dialami oleh anak-anak. Dengan platform media digital pelaku tindak perdagangan manusia semakin mudah untuk melakukan aksinya. Oleh sebab itu, kita harus membentengi diri dari setiap perjanjian yang ilegal atau tidak mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia.

3. Pencurian data pribadi

    Dalam dunia digital data pribadi merupakan suatu aset penting yang harus dilindungi oleh setiap penggunanya. Melalui data pribadi, pelaku dapat melakukan tindak kriminalisme berupa penipuan, pemalsuan dokumen, perdagangan orang hingga terorisme. Orang tua perlu menginformasikan kepada anak-anak akan modus-modus yang biasanya dilakukan pelaku untuk mendapatkan data pribadi yang nantinya akan digunakan untuk melakukan kejahatan digital.

4. Pelecehan seksual dan pornografi

    Seperti yang kita ketahui bahwa sosial media banyak memiliki berbagai konten yang tidak sopan dan sesuai dengan norma kesusilaan yang berlaku di masyarakat. Pelaku pelecehan seksual termasuk penyimpangannya semakin gencar melakukan kegiatannya hanya demi keuntungannya pribadi. Orang tua harus mengawasi kegiatan anak-anak dalam penggunaan media sosial. Pengaturan usia pada aplikasi sosial media harus diaktifkan untuk menghindari beragam konten yang tidak sesuai dengan usia anak-anak.

5. Penipuan

    Dengan kemudahan mengakses informasi melalui media digital semakin memudahkan pelaku kejahatan dalam melakukan penipuan. Penipuan yang marak terjadi seperti penelpon misterius yang mengatasnamakan kepolisian atau rumah sakit untuk meminta tebusan atau meminta uang pengobatan atas nama anak korban adalah salah satunya. Jika tidak waspada maka kita akan mudah terjebak dalam penipuan yang dilakukan pelaku kejahatan.

6. Kekerasan

    Konten-konten kekerasan sangat mudah dijumpai oleh anak-anak melalui platform media sosial. Kekerasan dalam bentuk fisik maupun ucapan dapat memengaruhi perilaku anak dalam berinteraksi di lingkungan. Anak-anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat. Banyak kasus-kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak disebabkan karena konsumsi konten-konten negatif yang didapatkannya melalui media sosial.

7. Kecanduan

    Pengunaan gawai secara berlebihan tanpa pengawasan dari orang yang lebih tua sangat berdampak buruk terhadap perilaku anak. Anak akan sangat sulit untuk melepaskan gawainya saat mereka sedang asyik-asyiknya menikmati beragam konten yang mereka sukai. Sehingga diperlukan kesepakatan dari orang tua kepada anak dalam waktu penggunaan gawai mereka. Sehingga anak-anak tidak kecanduan dan dapat fokus dalam dunia pendidikannya.


    Beberapa poin-poin di atas harus menjadi perhatian kita bersama baik sebagai orang tua, guru maupun pendamping anak dan pegiat literasi digital yang tertarik pada isu anak. Terutama karena anak-anak biasanya hanya tahu menggunakan tanpa tahu dampak lanjutan dari penggunaannya.




    


Komentar